Salah satu kategori penelitian favorit kami adalah cara-cara di mana tanaman lebih pintar—atau lebih mudah beradaptasi—daripada yang Anda duga.
Penelitian baru dari University of Exeter meneliti kasus Fritillaria delavayi , anggota alpine dari keluarga lily. Tanaman ini digunakan di beberapa cabang pengobatan Cina. Tapi semakin sulit ditemukan, dan penelitian menunjukkan bahwa itu mungkin merupakan adaptasi dari popularitasnya.
Banyak terkait Fritillaria tanaman digunakan dalam pengobatan Cina; bohlam, setelah dimasak, kering, dan biasanya berbentuk bubuk, digunakan untuk mengobati penyakit paru-paru. Tanaman ini tidak terlalu umum di alam liar, tetapi tumbuh dengan baik di tempat kering, dingin, kondisi pegunungan. Itu sering berkumpul di Pegunungan Hengduan, yang menghubungkan ke Dataran Tinggi Himalaya, dan secara teoritis dapat ditemukan berkat daya tariknya, bunga kuning-emas.
Tapi penelitian ini, dilakukan dalam kolaborasi antara Universitas Exeter dan Institut Botani Kunming, menunjukkan bahwa mungkin lebih sulit untuk menemukan sekarang daripada di masa lalu. Para peneliti membandingkan tingkat panen di daerah yang berbeda dengan bagaimana kamuflase bunga ini Fritillaria spesies adalah.
Mereka menemukan bahwa di tempat-tempat di mana orang secara rutin mencari dan memanen tanaman, tanaman tersebut secara signifikan lebih tersamarkan dengan lingkungan mereka, dan dengan demikian lebih sulit ditemukan, daripada di daerah di mana manusia mencari makan tidak begitu populer. Ini adalah korelasi, tetapi implikasinya adalah bahwa tanaman ini sebenarnya telah berevolusi menjadi lebih tersembunyi dari manusia.
Kamuflase di antara tanaman adalah hal yang rumit; banyak tanaman menunjukkan warna-warna cerah untuk mendorong reproduksi. Buah-buahan berwarna cerah untuk menarik hewan untuk memakannya dan menyebarkan bijinya; bunga berwarna cerah untuk diiklankan ke penyerbuk. Tapi ada juga contoh kripsis—kamuflase—di beberapa tumbuhan, yang terlihat seperti batu, seolah-olah mereka benar-benar mati, atau seolah-olah mereka beracun, untuk menghindari dimakan.
Fritillaria memang memiliki predator alami; hewan yang merumput terkadang memakan umbi, dan ada masalah khas dengan kumbang dan beberapa serangga lainnya. Tapi pemanenan manusia adalah ancaman yang jauh lebih besar, karena dapat sistematis dan tepat. Konsep tumbuhan yang berevolusi untuk menghindari deteksi manusia adalah satu, kata para peneliti, yang belum benar-benar diperiksa. Hal ini juga belum terbukti dalam kasus ini, meskipun korelasi membuatnya tampak mungkin. Bagaimanapun, itu menarik:bohlam ini hanya ingin menjauh dari kita.