Sementara baik pemangkasan mono-cropping dan terus menerus melibatkan penanaman tanaman yang sama berulang kali, mereka berbeda dalam ruang lingkup dan implikasinya:
mono-cropping:
* Definisi: Praktek menumbuhkan satu spesies tanaman di lapangan, tahun demi tahun.
* fokus: Keanekaragaman spesies . Ini menekankan hanya menanam satu jenis tanaman, tidak termasuk yang lainnya.
* Contoh: Lapangan luas yang hanya didedikasikan untuk produksi jagung, tanpa spesies tanaman lainnya.
* Implikasi:
* peningkatan kerentanan terhadap hama dan penyakit: Kurangnya keragaman mengurangi hama alami dan mekanisme pengendalian penyakit.
* Degradasi Tanah: Berulang kali menanam tanaman yang sama dapat menguras nutrisi tanah dan menyebabkan pemadatan.
* Mengurangi keanekaragaman hayati: Mono-cropping menghilangkan habitat untuk serangga yang menguntungkan, burung, dan organisme lainnya.
Perpangkutan terus menerus:
* Definisi: Praktek menanam tanaman di ladang yang sama tahun demi tahun, tanpa meninggalkan tanah bera (tidak ditanam).
* fokus: Rotasi . Ini menekankan penanaman tanaman berulang kali tanpa membiarkan tanah beristirahat.
* Contoh: Menanam gandum di ladang setiap tahun, tanpa memutarnya dengan tanaman lain.
* Implikasi:
* Peningkatan risiko penipisan tanah: Tanaman yang terus tumbuh dapat menguras kesuburan tanah dan bahan organik.
* Tekanan hama dan penyakit yang lebih tinggi: Penanaman terus menerus dapat menyebabkan peningkatan hama dan populasi penyakit karena kurangnya rotasi tanaman.
Perbedaan utama:
* fokus: Mono-cropping berfokus pada keanekaragaman spesies sementara penanaman terus menerus berfokus pada rotasi.
* Skala: Mono-cropping dapat diterapkan ke area yang luas atau bidang kecil. Penanaman terus menerus terutama mengacu pada kurangnya rotasi dalam bidang tertentu.
* Dampak: Kedua praktik berkontribusi pada degradasi tanah dan kehilangan keanekaragaman hayati, tetapi mono-cropping biasanya memiliki dampak yang lebih signifikan.
Catatan: Penanaman terus menerus dapat dianggap sebagai subset dari mono-cropping, karena mengacu pada menanam spesies yang sama tanpa rotasi. Namun, sering digunakan untuk membedakan dari rotasi tanaman, yang melibatkan penanaman tanaman yang berbeda dalam urutan.
Kesimpulan:
Sementara kedua praktik memiliki kelemahan mereka, mereka berbeda dalam ruang lingkup dan dampaknya. Mono-cropping terutama berfokus pada keragaman spesies, sementara penanaman terus menerus berfokus pada kurangnya rotasi. Keduanya dapat berkontribusi pada degradasi tanah dan kehilangan keanekaragaman hayati, tetapi mono-cropping umumnya memiliki dampak yang lebih signifikan.